Upacara adat pernikahan Sunda ( Sebelum Pernikahan )











Upacara adat sunda terbagi dalam 3 tahap yaitu :

A. Upacara adat sebelum pernikahan.
B. Upacara adat pada saat pernikahan.
C. Upacara adat setelah pernikahan.


Dalam upacara adat sunda, baik itu Sunda putri, sunda siger atau sukapura ketiganya mempunyai upacara adat yang sama kecuali pernikahan adat sukapura terdapat upacara adat ngaras


A. Upacara adat sebelum pernikahan


A.  NEUNDEUN OMONG

Apabila seorang pria ingin mempersunting seorang wanita, pria tersebut atau orang tuanya tentunya ingin mengetahui lebih jauh tentang wanita yang akan di persuntingnya atau yang akan menjadi bagian dari keluarganya, apakah wanita itu sudah ada yang meminang atau belum. Maka pihak dari keluarga pria akan mengunjungi keluarga dari pihak wanita selain bersilaturahmi juga mengadakan pembicaraan mengenai wanita yang akan dipersuntingnya dengan menanyakan lebih serius tentang keinginan dari pihak keluarga wanita, setelah kedua belah pihak sudah mengetahui keadaan calon pengantin pria dan wanita, maka disepakati waktu untuk melamar calon pengantin wanita.



B.  NAROSAN / NGALAMAR

Narosan atau ngalamar biasa disebut juga Nyeureuhan atau meminang, narosan adalah prosesi selanjutnya setelah neundeun omong yang telah disepakati oleh keluarga dari kedua belah pihak. Biasanya dari masing masing keluarga dari kedua belah pihak mewakilkan kepada seorang yang dianggap sudah berpengalaman untuk menjadi juru bicara dalam acara narosan ini. Yang biasanya dibawa pada saat narosan ini adalah lamareun atau sirih pinang selengkapnya serta seperangkat pakaian wanita sebagai pengikat. Sebagai simbol bahwa wanita yang dipinangnya sudah terikat dan tidak dapat menerima pinangan dari yang lain.

Menurut adat sunda pada jaman dahulu acara Ngalamar disebut juga Nyeureuhan dengan membawa sirih selengkapnya, yang mengandung makna :

-  bahwa agar keluarga dari kedua belah pihak dapat menjadi satu keluarga yang bahagia dalam ikatan
    kekeluargaan dan dapat menjalin silaturahmi dengan baik.
-  berharap akan seperti sirih selengkapnya, apabila disatukan menjadi makanan yang baik dan obat
   yang mujarab, dan diharapkan keluarga kedua belah pihak sama sama dapat menyesuaikan diri.

Pada acara ngalamar biasanya membawa uang yang tidak ditentukan besar kecilnya, hanya biasanya jumlah uang yang dibawa saat ngalamar menjadi ukuran berapa banyak uang yang akan di bawa saat seserahan dan biasanya sekitar 10 kali lipat yang dibawa pada saat ngalamar.

Pada waktu ngalamar juga ada yang memawa cincin meneng atau belah rotan,yang melambangkan kemantapan atau keabadian yang tidak akan lepas, sedangkan bundaran cincin melambangkan kasih sayang yang tidak beujung ( tidak ada habisnya ), Ada juga yang membawa cincin itu pada saat hari pernikahan karena jaman dulu tidak ada acara pertunangan.  Tunangan atau tukar cincin merupakan budaya barat yang sekarang banyak dilakukan oleh masyarakat kita.

Pada jaman dahulu tanda suatu pertunangan adalah dengan melakukan acara patukeur tameuh, yaitu penyerahan ikat pinggang yang terbuat dari kain pelangi atau kain polos berwarna hijau atau kuning emas kepada keluarga pihak calon mempelai wanita.

Pada acara ngalamar biasanya di lakukan pembicaraan untuk menetapkan waktu pernikahan, dan seandainya membawa cincin akan dipakaikan setelah acara akad nikah, meskipun antara wanita dan pria sudah ada ikatan namun belum disahkan jadi belum boleh melakukan hubungan suami istri dan hal itu sangat dilarang oleh agama.



C.  SESERAHAN / MAWAKEUN

Seserahan atau Mawakeun adalah menyerahkan calon mempelai pria dengan membawa perlengkapan untuk pernikahan. Setelah acara ngalamar pihak calon mempelai pria melakukan persiapan dan mempersiapkan segala sesuatu yang akan dibawa dan diserahkan kepada calon mempelai wanita, antara lain :  Uang, pakaian, perabot rumah tangga, perabot dapur, dan barang barang yang akan diserahkan diberi bentuk bentuk serta hiasan hiasan yang menarik, makanan dan lain lain. Begitu pula dari pihak calon mempelai wanita menyerahkan sesuatu kepada pihak keluarga calon mempelai pria sebagai tanda terimakasih, biasanya berupa seperangkat pakaian pria, dan yang lainnya hanya merupakan syarat saja juga tidak sebanyak yang dibawa oleh pihak calon mempelai pria.
Biasanya sebelum berangkat untuk acara seserahan, dirumah calon mempelai pria diadakan selamatan ( ngarasulkeun ).
Pada saat acara seserahan calon mempelai pria memakai pakaian setengah resmi dan membawa bingkisan bingkisan yang telah dipersiapkan dan berangkat dengan diantar oleh kedua orang tuanya juga sanak saudara, setelah tiba di kediaman calon mempelai wanita dan diterima dengan suatu penyambutan, kemudian diadakan tanya jawab antara kedua belah pihak keluarga calon mempelai dengan mewakilkan pada seseorang yang dianggap lebih banyak pengalamannya, biasanya di lakukan dengan bahasa siloka atau bahasa pujangga walaupun sebenarnya masing masing pihak sudah mengetahui maksud kedatangan rombongan dari keluarga calon mempelai pria.
Acara seserahan dapat dilaksanakan 1 hari, 3 hari atau seminggu sebelum hari pernikahannya.
Disamping itu pada saat acara seserahan sesuai dengan tradisi jaman dahulu biasanya di bawa pula alat alat untuk ngeuyeuk seureuh ( biasanya dilaksanakan malam menjelang hari pernikahan ). Pada saat sekarang ini ngeuyeuk seureuh dilaksanakan sesudah acara seserahan, apabila tidak ada acara ngeuyeuk seureuh seserahan di lakukan sebelum upacara pernikahan.

Hanya untuk diketahui :
Parawanten yang di bawa saat seserahan buat isi dongdang :
1 tikar pandan                                                                         : 1 lembar
1 cau saturuy                                                                           : pisang dengan tandannya
pare ranggeuyeun                                                                    : padi yang masih utuh
jambe renggeuyeun                                                                 : pinang dengan tangkainya
lemarguh                                                                                 : sirih pinang lengkap
sesepeun                                                                                  : roko dan tembakau
kaci 2 m                                                                                   : kain putih 2 m
waluh gede                                                                              : labu kuning yang besar
hahampangan                                                                          : kue kue kering
kue-kue basah                                                                         : bubur nasi merah + putih ( bubur
                                                                                                   beureum + bubur bodas ), puncak
                                                                                                   manik + kulub endog ( nasi tumpeng
                                                                                                   putih kecil + telor ayam matang )
suluh                                                                                       : kayu bakar
daun sakompet                                                                        : daun pisang
bubuahan                                                                                 :  nanas, anggur ,apel, sawo, bangkuang
                                                   ,                                               salak, pisang raja bulu
daging sapi- ikan mas hidup- ayam hidup                             
tahu tempe
bumbu dapur komplit                                                             : gula merah yg msh pake daun aren
                                                                                                 ,garam
beubeutian                                                                              : ubi dan singkong dg pohonnya
kelapa hijau                                                                            : kelapa santan
alat alat jahit                                                                           : jarum + benang ( benang kanjeh )
mayang jambe                                                                        : bunga pinang, jambe tua, jambe merah
alat sawer kendi kecil + cowek kecil                                    
elekan, harupat, papan kecil ( ukuran 10x15 cm )
telor ayam kampung,lilin + korek api
bedog ( golok )+ pisau, alas ngiris
lumpang ( alu kecil )
rujakeun ( sajen )
uang receh
beras dicampur kunyit kira" 1 genggam
serbet



D.  NGEBAKAN

Ngebakan artinya memandikan. dalam hal ini memandikan calon pengantin

Maksud dan tujuannya adalah :
a. mohon do`a restu kepada ayah dan ibudan para sesepuh yang telah sukses dalam rumah tangganya
    dan diharapkan akan terlimpah pengaruh pengaruh yang baik baik dari mereka
b. untuk mensucikan jwa raga calon pengantin yang akan berumah tangga, dengan harapan segala
    cita citanya akan terlaksana dengan lancar dan selamat

alat alat yang disediakan adalah ;
a. air bunga setaman ( 7 macam bunga wangi )
b.  2 (dua) helai kain sarung
c. 1 (satu) helai selendang batik
d. 1 (satu) helai handuk
e. padupaan (parupuyan)
f. baju kebaya
g. payung besar (apabila akan dimandikan di luar)
h. lilin

biasanya acara ngebakan didahului dengan pengajian, dan biasanya yang akan ngebakan calon pengantin jumlahnya ganjil yaitu 7- 9 orang termasuk orang tua dan para sesepuh, yang pertama memandikan adalah ayahnya , ibunya kemudian dilanjutkan oleh para sesepuh, selesai dimandikan calon pengantin diluluri badannya dan di keringkan dengan ratus wangi.



E.  NGENINGAN

ngeningan yaitu ngerik calon panganten,menghilangkan bulu bulu halus di wajah ( bulu kalong), kuduk, membentuk amis cau/sinom, membuat godeg dan membuat kembang turi

alat alat yang disediakan adalah :
a.pisau cukur atau pisau lipat
b.sisir
c. gunting rambut
d.pinset
e.air bunga setaman
f.pelita/lilin
g.pedupaan/paruruyan
h.kain putih/mori

Cara ngerik :
a. pengantin didudukan di atas kain putih menghadap ke kiblat (barat) atau tempat yang terang
b. sebelum memulai ngerik, rambut calon penganten diikat/disanggul ke atas guna memudahkan
    pelaksanaan ngerik
c. kemudian ibu rias membaca do`a lebih dahulu, memohon kepada Tuhan YME agar sukses hasil
    karyanya dan keselamatan calon penganten beserta keluarganya.
d. pada jaman dahulu perias yang akan ngerik calon pnganten suka membaca jangjawokan (kata kata
    pepatah/nasehat)
    pada waktu ngerik kelopak mata dan membentuk berkata: ulah sok sa tingali tingalina, pada waktu
    membuat kembang turi rambut dipelipis sebelum dipotong diukurnya sampai sebatas mulut berkata
    : ulah sok sadenge dengena , dan pada saat ngerik rambut di atas bibir berkata: ulah sok saomong
    omongeunnana
e. bagian bagian yang akan dikerik :
    1) dahi
    2) pipi kiri dan kanan
    3) hidung
    4) bagian atas bibir
    5) dagu
    6) telinga kanan sampai ke bawah rahang
    7) samping leher kanan
    8) kuduk
    9) samping leher kiri
    10) telinga kiri sampai bawah rahang
    11) kelopak mata serta membentuk alis



F.  NGEUYEUK SEUREUH

A. Tujuan

 Pangeuyeuk (pelaksana/perias/sesepuh yang akan membimbing acara ngeuyeuk seureuh) memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan dari ngeuyeuk seureuh.

1) memberikan kesempatan kepada calon mempelai untuk meminta ijin kepada kedua orang tua
    masing masing disertai doa restu kepada putra putrinya dengan disaksikan sanak keluarga masing
    masing
2) Supaya disaksikan oleh keluarga kedua belah pihak bahwa dalam pernikahan tidak ada unsur
     paksaan dan disertai oleh kedua belah pihak orang tua calon pengantin
3) Memberikan nasehat kepada kedua calon mempelai dengan lambang melalui benda benda yang
    terdapat pada alat alat ngeuyeuk seureuh tersebut


B. Alat alat yang harus disediakan

1.    Samak salambar ( tikar sehelai ) yang panjangnya 2 m dan lebarnya 1 m
2.    Seureuh ranggeuyan ( sirih yang masih ada tangkainya )
3.    Jambe beungbeutan ( pinang dalam rangkaian )
4.    Samara lemareun (bumbu pinang ) kumplit
5.    Lawon bodas ( kain putih ) 2 m
6.    Mayang jambe ( bunga pinang yang masih kuncup )
7.    Sinjang poleng ( kain sarung/polekat )
8.    Bedog (golok), peso (pisau), gunting,talenan,
9.    Pare gedengan (padi seikat)
10.  Waluh gede (labu kuning)
11.  Panganggo isteri pameget sapangadeg (pakaian wanita dan pria masing masing seperangkat)
12. Sinjang batik (kain batik 1,3,5,7 helai (ganjil))
13. Artos receh (uang logam)
14. Palita (pelita, dibuat dalam cowet tanah yang diisi minyak kelapa dengan 7 deles/sumbu dari
      kapas)
15.  Halu sareng lulumpang (alu dan lumpang)
16.  Kendi leutik
17.  Hihid (kipas dari bambu)
18.  Daun hanjuang (semacam daun yang sering dipakai untuk pembukus kacang)
19.  7 (tujuh) tempat sirih dari tikar, boleh juga jinjingan atau rigen,yang diisi sirih pinang lengkap
20.  7 (tujuh) sisir, 7 (tujuh) eunteung, 7 (tujuh) salempay, 7 (tujuh) dus pupur (bedak), 7 (tujuh)
       biji/pak sabun mandi, 7 (tujuh) hahampangan (kue kering yang enteng enteng
21.  Nyere kawung (lidi pohon enau) 7 (tujuh) siki (batang)
22.  Benang kanteh (benang kasur)
23.  Papan tunjangan/barera (papan ukuran 15x20x1 cm/alat tenun)
24.  Elekan (awi tamiang) - bambu kecil sepanjang 20 cm
25.  Cai kembang setaman (air bunga 7 macam)
26.  Sesepeun (rokok), daun kawung + bako (daun enau + tembakau), cerutu, sigaret (rokok putih)


C. Parawanten (sasajenan)

1. Hiji nyiru ( satu buah tampah besar), boboko (bakul), cukil (sendok nasi), hihid (kipas dari bambu),
    cowet (cobek tanah liat), mutu, aseupan (kukusan berbentuk kerucut), kacip (alat pembelah pinang)
2.  Beas sakulak (beras semangkuk)
3.  Lemareun (sirih pinang lengkap)
4.  Rurujakeun (untuk sajen terdiri dari roti,gula,gula merah,kelapa,asem,dan pisang emas,pisang
     klutuk,peuyeum)
5.  Hahampangan ( kue kering seperti opak,kolontong,borondong,dll)
6.  Jajanan pasar (kue basah seperti nagasari, bugis, apem dll)
7.  Bubur beureum bodas (bubur merah putih, merah di atas putih dibawah)
8.  Congcot puncak manik (nasi yang diambil dari puncak kukusan), diatasnya telor mateng dengan
     kulitnya (utuh)
9.  Pisang emas satu sisir dan pisang raja satu sisir
10.Samara badag (bumbu bumbu seperti lengkuas,salam dsb)
11.Bumbu dapur (ganduan,gula ganduan dll)
12.Kelapa muda (dawegan) 1 butir
13.Kelapa tua 1 butir
14.Daun cau (daun pisang) 1 kompet
15.Suluh 3 teukteuk (kayu bakar 3 potong)
16.Rampe sabungkus (bunga rampai 1 bungkus)
17.Sesepeun (rokok) + korek api
18.Bola bodas + hideung (benang putih+hitam), jarum
19.Menyan bodas (kemenyan putih) dan dupa
20.Wedak (bedak), pameres (sisir),eunteung (cermin), minyak kenanga + minyak wangi
21.Buah buahan 7 rupi (macam)
22.Beubeutian (macam macam ubi,ubi kayu,taleus,dsb)
23.Gula + kopi
24.Kain putih 1 m (untuk tutup parawanten)


D. Cara menata alat alat ngeuyeuk seureuh

1.  Samak diamparkeun (tikar dibentangkan)
2.  Uang logam ditaburkan di tiap tiap sudut di bawah tikar
3.   Alat alat ngeuyeuk, parawanten dsb, di letakkan diatas tikar.
      Mayang jambe ditaruh di sebelah kiri/depan pangeuyeuk di depan sebelah kanan calon pengantin
      pria.
      Golok/pisau dan talenan di depan sebelah kanan calon pengantin pria dekat jambe mayang.
      Jambe ranggeuyan di dekat mayang (agak ke tengah tikar), sirih dan bumbunya, sesepeun +
      lemareun yang jumlahnya tujuh (khusus untuk orang tua - tua), seureuh tangkaian,diatur
      sedemikian rupa supya rapih, jangan sampai bertumpuk.
4.   Kain sarung/polekat dipakai untuk menutupi alat alat tsb.
5.   Padi, labu, baskom, air bunga disimpan di sebelah kiri tumpukan alat alat padi.
      Parawanten, pelita dan kipas, puring, hanjuang yang telah diasukkan ke dalam kendi yang telah
      diisi air, disimpan di sebelah kanan pangeuyeuk.
6.   Kain batik sebanyak 7 helai (dilipat) diletakkan bertumpuk di pinggir tikar di seberang
       pangeuyeuk.
7.   Alu dan lumpang, gunting dan alat alat sawer, ditaruh didepan pangeuyeuk (dipinggir tikar).
8.   Calon pengantin pria duduk di atas kain batik di sebelah kiri pangeuyeuk, dan calon pengantin
       wanita duduk di atas kain batik di sebelah kanan pangeuyeuk.
9.   Orang tua calon pengantin duduk di sebelah putra putrinya masing masing.
10.  Dua perangkat pakaian pengantin (dalam baki) disimpan di atas kain sarung di tengah tengah
        pangeuyeukan.
11.  Kain putih di pakai penutup 2 perangkat pakaian tsb.
12.  Lidi di taruh di atas kain putih, pegangannya di depan pangeuyeuk.
13.  Benang kanteh di taruh melintang di atas lidi.


E. Cara pelaksanaan ngeuyeuk seureuh

1.   Pangeuyeuk memberikan benang kanteh (sebanyak 7 helai, yang panjangnya 2 jengkal) kepada
      kedua calon pengantin untuk dipegang di masing masing ujungnya. kemudian
      Kedua calon mempelai duduk di hadapan  kedua orang tua calon mempelai wanita untuk meminta
      ijin dan do`a restu untuk menikah, dan orang tua mempelai wanita memberikan ijin dan do`a
      restunya kepada kedua calon mempelai kemudian kedua orangtua calon mempelai wanita
      memotong benang kanteh yang di pegang oleh kedua calon mempelai

2.   Seteah itu pangeuyeuk membawakan lagu kidung, yang isinya memohon kepada Tuhan YME
      agar kedua calon mempelai mendapat taufik dan hidayahnya, sambil nyawer (menaburkan beras        sedikit sedikit) kepada kedua calon mempelai, itu adalah simbol yang bermakna bahwa agar
      kedua calon mempelai kelak dapat hirup dan hurip (hidup sejahtera).

3.   Kemudian kedua calon mempelai dikeprak (dipukul perlahan lahan) dengan sapu lidi, diiringi
      dengan kata kata pepatah/nasehat, bahwa dalam hidup berumah tangga harus dapat memupuk
      kasih sayang antara suami dan istri dan jangan segan segan berusaha demi kesejahteraan keluarga
      dan tidak boleh bermalas malasan   

4.   Selanjutnya kedua calon mempelai di persilahkan untuk membuka kain putih pentup
      pangueyeukan, yang melambangkan bahwa keadaan rumah tangga yang akan dibina masih
      bersih, belum ada noda, dan harus sama sama menjaga agar jangan sampai ternoda

 caranya adalah :
      Pinggiran (sisi) kain putih sebelah kanan pengeuyeukan ujungnya di pegang calon mempelai
      wanita, begitu juga sisi sebelah kiri ujungnya dipegang calon mempelai pria, kemudian kain itu
      digulung dengan berlomba lomba siapa yang lebih dulu sampai ke tengah, lalu gulungan kain itu
      diberikan kepada pangeuyeuk
Artinya :
     dalam berumah tangga suami dan istri harus giat dalam mencari rejeki, saling membantu dan
     seia sekata .

5.   Kemudian dua perangkat pakaian di atas kain sarung/polekat digotong (dibawa) bersama oleh
      kedua calon mempelai dan disimpan di kamar pengantin 
Artinya :
      Dua perangkat kain yang di jadikan satu, melambangkan harta kekayaan yang di miliki bersama
      harus diraksa - diriksa (dipelihara dengan baik), termasuk kedua orang tua dengan cara berbakti
      pada mereka.
Catatan :
-    pada jaman dahulu kain sarung/polekat hanya dipakai oleh pria saja, yang melambangkan bahwa
     rumah tangga adalah tangggung jawab pria.
-    kain sarung /polekat yang digotong berdua melambangkan kegotong royongan dalam berumah
     tangga
-    Digotong ke kamar pengantin bersama dan calon mempelai pria ikut masuk melambangkan
     bahwa pria yang boleh masuk ke dalam kamar itu hanya suaminya saja

6.  Calon mempelai pria dipersiapkan umtuk membelah mayang jambe dengan hati hati agar tidak
      rusak atau patah, melambangkan bahwa seorang suami harus memperlakukan istrinya dengan
      kesabaran dan kebijaksanaan, karena wanita tu perasaannya sangat halus seperti mayang jambe.

7.   Kemudian calon mempelai pria dipersilahkan membelah pinang menjadi dua bagian yang sama
Artinya :
       suami istri harus seperti pinang di belah dua dalam bahasa sunda " sareundeuk saigel, sabobot
       sapihanean, sapapait samamanis, kacai jadi saleuwi kadarat jadi salebak, silih asih silih asah silih
       asuh "

8.    Selanjutnya kedua calon mempelai dipersilahkan untuk menumbukkan alu ke lumpang.
Artinya :
        Kedua calon mempelai duduk berhadapan yang wanita memegang lumpang yang pria
        memegang alu di tangan kanan, sedangkan tangan kirinya di teueulkan (ditekan) di paha calon
        mempelai wanita, Calon mempelai pria di persilahkan membaca Ta`udz ,basmalah dan istighfar
        3x,syahadat 1x, sholawat 1x, lalu menumbukkan alunya ke dalam lumpang, sebanyak 3x sambil
        mengucapkan : selamat, selamat, selamat. Setelah itu dipersilahkan kepada kedua orang tua
        untuk menumbukkan alu ke dalam lumpang sambil mengucapkan selamat, selamat, selamat.

9.     Membuat ` Lungkun`
        Sirih bertangkai , dua lembar berhadapan di gulung menjadi satu memanjang, lalu diikat dengan
        benang kanteh,waktu menggulung, daun jangan di petik dari tangkainya, hal ini dilakukan oleh
        kedua calon mempelai, kedua orang tua masing masing serta orang tua yang hadir disitu,
        melambangkan kerukunan, kemudian sisa sirih/lemareun dan 7 (tujuh) buah tempat sirih yang
        telah diisi lengkap, serta padi, labu, kelapa,dibagikan kepada orang orang yang hadir disitu.
Artinya :
        Bila kelak dikemudian hari mendapat rezeki berlebihan harus dapat membagikannya kepada          sanak saudara dan handai taulan

10.    Lomba berebutan uang
         Kedua calon mempelai dan yang lainnya berebut rebutan uang yang ada di bawah tikar, setelah
         mendapat aba aba dari pangeuyeuk.
         Sementara calon mempelai dan yang lainnya memperebutkan uang, Pangeuyeuk (yang
         memimpin ngeuyeuk seureuh) menaburkan uang, beras kunyit dan permen kepada orang yang           tidak  dapat berebutan uang yang ada di bawah tikar
Artinya :
          Bahwa suami istri mau berlomba lomba atau giat dalam mencari rezeki, guna
          kebahagiaan/kesejahteraan rumah tangga dan agar banyak sanak saudara yang menyayanginya

11.     Berdoa
          Selanjutnya pembacaan doa oleh pangeuyeuk, akan tetapi dapat juga oleh orang tua calon
          mempelai atau yang mewakilinya

12.     Bekas ngeuyeuk seureuh
          Bekas pangeuyeukan biasanya dibuang ditengah jalan/perempatan oleh kedua calon mempelai,
          diikuti beberapa orang tua, dan setelah membuangnya kedua calon mempelai tidak boleh
          menoleh lagi kebelakang, hanya tikarnya saja yang di bawa kembali
Artinya :
          Membuang/melemparkan segala ketidak baikan/keburukan yang sudah berlalu dan
          mengharapkan kebahagiaan serta kesenangan dalam menempuh hidup baru
Mengapa harus dibuang di perapatan?
          Karena diharapkan segala keburukan dari empat penjuru angin tidak akan datang.



G.   NGARAS (upacara ini biasanya dilakukan hanya untuk pengantin sukapura)
 
     `Ngaras` artinya membersihkan telapak kaki orang tua, kata kata `raas` : inget, menerangkan
      betapa kasih sayang orang tua yang harus dihormati oleh anaknya

1.  Tujuan Ngaras
     
        1). Melengkapi upacara adat pernikahan sunda agar anak selalu menghargai orang tuanya
    
        2). Diharapkan ada upacara yang khidmat dan unik, ada yang memimpin membasuh telapak
              tangan dan kaki ibu dan bapaknya
     
        3). Sesuai hadits nabi bahwa ridho orang tua adalah ridhonya Allah SWT.
     
        4). Lebih mendekatkan silaturahmi dengan saudara saudara calon pengantin
     
        5). Memberikan nasehat khususnya pada calon mempelai dan menerangkan peralatan ngaras
             yang ada
     
        6). Menurunkan suasana tegang/emosi agar besok pada acara akad tidak terlalu banyak
              menangis sehingga tidak merusak make up
    
        7). Memelihara rasa hormat dan penghargaan kepada kedua orang tua dengan memperkenalkan
             daun daunan yang mengandung lambang, adapun daun daunan itu adalah :
           
             1. Daun Hanjuang melambangkan Selama kita diberi nafas, kita harus punya keinginan, arti                     lainnya yaitu, batasan antara sendiri dan sudah berkeluarga
             2. Daun Seureuh melambangkan harus bisa menahan nafsu karena akan mempunyai                                 pasangan ( istri/suami), atau kasih sayang antara calon pengantin wanita dan calon                               pengantin Pria
             3. Daun Puring melambangkan mpu Kuring, yang berarti Guru (mpu) yang berada di dalam                     diri sendiri
             4. Bunga Melati melambangkan sekecil apapun kasih sayang yang diberikan harus dihargai                     seperti putihnya bunga melati
              5. Daun Caringin / Beringin melambangkan di dalam menjalankan kehidupan harus bisa                                bermanfaat untuk orang lain
              6. Daun Mamangkokan melambangkan sikap bersyukur pada rezeki yang diberikan oleh                                ALLAH SWT, dalam apapun bentuknya besar atau kecilnya, banyak atau sedikitnya
              7. Daun Kibeusi melambangkan kekuatan yang besar, maksudnya menghadapi hidup dengan                      segala masalah rumah tangganya harus kuat dan tegar
              8. Daun Waregu melambangkan badan yang harus sehat dan kuat dalam menghadapi masalah                    dalam rumah tangga
              9. Daun Handeuleum melambangkan segala keinginan, cita cita dan inovatif


        8). Telapak kaki yang di cuci adalah telapak kaki orang tua kandung,mengandung arti rumah
              tangganya nanti harmonis seperti orang tuanya, jadi apabila oang tua sudah cerai, maka                       upacara ngaras tidak dilakukan 

2.  Siapa yang harus ngaras dan kepada siapa
        yang harus ngaras adalah calon mempelai dan orang tuanya....

3.  Kapan dan dimana
         Upacara ngaras dapat dilaksanakan sebelum acara ngebakan/siraman,dilaksanakan ditempat
         masing masing calon mempelai

4.  Siapa yang ikut ngaras
         Yang ikut acara ngaras adalah :
         1).  ibu, bapak, eyang (kedua calon mempelai)
         2).   saudara saudara kandung
         3).   saudara saudara lainnya
         4).   tamu/undangan khusus


5.  Tata letak/posisi formasi ngaras
          Disesuaikan dengan situasi dan kondisi, kedua orang tua calon mempelai duduk di kursi, calon
          pengantin berhadapan dengan pemandu ngaras, kemudian calon pengantin menghadap kepada            orang tua


6.  Peralatan yang harus disediakan
        1). Peralatan sederhana :  tikar, nampan,kendi berisi air, handuk, baskom kecil
    
        2). Peralatan lengkap : kain 7 buah ditumpuk, 1 kain dilipat memanjang , tikar, nampan, kendi
             berisi air, handuk, baskom kecil, lilin, bermacam macam daun daunan


7.  Cara melaksanakannya
         -  Calon mempelai dibawa keluar kamar oleh pemandu ngaras/perias dan ibunya dengan sebuah               kain yang diikatkan (seperti yang sedang menggendong anak)
     
         -  Calon pengantin berhadapan dengan pemandu ngaras, kemudian di bimbing dan di beri
             pepatah, sambil melipat kain/sarung
             Pertama  : Pemandu ngaras menjelaskan 7 kain yang melambangkan jumlah hari dalam                                        seminggu dimana setiap harinya kita harus selalu melakukan kebaikan
             Kedua     : Pemandu ngaras menjelaskan arti yang dilambangkan dengan daun daunan,                                           adapun banyak atau jenisnya disesuaikan dengan kebutuhan
             Ketiga     : Calon mempelai diminta untuk menyalakan lilin
           
         -  kemudian calon mempelai duduk besimpuh di depan kedua orang tua
            Calon mempelai mencuci kaki kedua orang tuanya satu persatu dimulai dari ibu                                    dulu kemudian bapaknya, sambil di dibasuh dengan air yang ada di kendi dengan posisi kaki              orang tua ada di atas baskom yang sudah disi daun daunan, yang merupakan acara inti dari                  upacara ngaras ini
            Setelah membasuh kaki orangtua kemudian dikeringkan dengan handuk,                                                kemudian calon mempelai bersujud di kaki orang tua untuk meminta ampunan                                      dan doa agar perjalanan hidup dan pernikahannya mendapat ridho dari orang tua                                  dan dilancarkan dalam melakasanakan pernikahannya.

       -   Calon mempelai meminta doa dan restu kepada semua tamu dan handai                                                  taulan yang hadir



8.    Bermacam macam sajen
       Pada jaman dahulu para sesepuh menyajikan banyak sekali sajen yang khususnya di daerah Jawa
       Barat ini, Hal ini mungkin dipengaruhi oleh paham animisme sebelum pengaruh agama islam
       masuk ke Jawa Barat
       setelah ditelusuri dan dari berbagai referensi terdapat berbagai macam sajen antara lain :

       A.   Sajen Menghias Kamar
              Terdiri dari : Tumpeng Bogana, yaitu nasi tumpeng yang berisilauk pauk yang
              dilengkapi jawadah pasar yang disimpan di dalam `tebok`, penampilan beras kurang lebih
              1,5 kg, kemudian dilapisi dengan daun jad, jawadahnya ditaruh merata daun salam dan
              ditutup dengan daun kluwih, di kolong ranjang disimpan 2 gedheng berasdan 2 butir kelapa
               yang ada serabutnya serta pedupaan.

       B.   Sajen siram tawandari
              Terdiri atas tumpeng dan panggang ayam, jawadah pasar, lilin yang sudah dinyalakan dan
              pedupaan.

       C.   Sajen rias pengantin perempuan
              Tikar pandan ditumpangi kain putihuntuk tempat duduk pengantin, kobokan yang berisi air
              yang beralaskan piring, di dalamnya direndam uang logam, lilin yang sudah dinyalakan,
              tumpeng dan panggang ayam, wedang kopi 2 gelas,jawadah pasar dan pedupaan

       D.   Sajen walimatul nikah
              Tumpeng ayam panggang, kendi bertutupkan telur ayam, selembar tikar pandan,tujuh tebok
              kecil berisi setangkai daun sirih,ulen putih,kuning , biru, dodol, opak,pisang raja, jawadah
              pasar dan pedupaan.

       E.   Sajen mendirikan balandongan
             Tumpeng pucuk telur,lalawuh lodeh, kendi yang ditutup dengan telur ayam mentah dan
              pedupaan

       F.   Sajen gowah
             Selembar tikar pandan, daun piring nasi yang lauknya tidak boleh ada ikan,dua butir kelapa
             muda yang bagian atas dan bawahnya dipasang dan di beri lubang,boreh,tektek seureuh
             gincu,kendi ditutup telur ayam mentah,pelita dari minyak kelapa dan pedupaan

       G.  Sajen pekaragan
             Membuat ancak di dalamnya diletakkan ikan,tusukan cabai merah dan bawang
             merah,marus,rokok kawung atau cerutu,tetek sirih, ancak disimpan di sudut pekarangan dan
             di sisi sumur


Demikianlah bermacam macam sajen pada jaman dahulu, karena setelah masuknya agama islam yang tidak membenarkan adanya sajen sebagai perantara dengan Illahi Rabbi, maka sajen tersebut sudah jarang terlihat.



Dari berbagai sumber